Waspada terhadap suatu penyakit memang perlu, tapi kalau sampai
ketakutan, jangan-jangan Anda sudah terkena sindroma hipokondria.
Merasa diri “sakit” gara-gara takut terkena penyakit. Gangguan ini
dikatakan lebih menyangkut ketidak beresan mental ketimbang fisik.
Begitu membaca sebuah tulisan di majalah yang membahas panjang lebar
tentang kekeroposan tulang, tiba-tiba dalam hati Anda berkata, “Wah,
jangan-jangan tulang saya juga keropos nih!” Pasalnya, belakangan Anda
juga sering merasa ngilu tulang. Di saat lain, ketika mendengar seorang
teman terkena penyakit kanker otak, Anda pun merasa khawatir
jangan-jangan Anda juga terkena penyakit yang sama karena sering pusing.
Asosiasi Psikiater Amerika pada 1968 pun sudah menyimpulkan, timbulnya
kondisi seperti itu gara-gara perhatian berlebihan terhadap tubuh
sendiri. Mereka menghubungkan kelainan ini dengan kelainan
obsesif-kompulsif dan depresi. Rasa takut ini sama halnya dengan
seseorang yang fobi terhadap ular atau ketinggian. Namun pada kasus hipokondria, rasa takut berpusat pada penyakit.
Gejalanya antara lain, setiap saat penderita sibuk membicarakan penyakit
atau kesehatannya. Gejala penyakit yang dia rasakan sering diungkapkan
secara berlebihan. Misalnya, bila lengan tiba-tiba terasa baal, orang
normal mungkin hanya berkomentar, “Lengan saya baal, mungkin waktu tidur
tadi tertindih”. Tapi penderita hipokondria menyimpulkan, “Aduh,
jangan-jangan saya menderita penyempitan pembuluh darah, nih!”.
Seseorang juga dikatakan menderita hipokondria bila rasa takut terhadap penyakit sampai menganggu pekerjaannya.
Sebenarnya, perasaan seperti itu bisa lebih mudah dihindari andaikan
lingkungan hidup zaman sekarang tidak begitu ingar-bingar dengan segala
macam peringatan terhadap bahaya zat-zat yang terdapat dalam makanan,
atau pelbagai penyakit. Tambahan pula, iklan-iklan tentang penyakit
dalam rangka promosi obat-obatan tidak membuat orang semakin tenang.
Kita seperti diyakinkan bahwa kematian mengintai setiap hari.
Gejala hipokondria mencapai tingkat paling serius bila sudah sampai ke
fase yang menakutkan bagi penderita. Demikian takutnya, sampai kegiatan
utamanya Cuma nongkrong di tempat praktik dokter atau ruang gawat
darurat, serta terus menerus mengkonsumsi obat. Bagi mereka,
gejala-gejala yang dirasakan memang ada, dan rasa sakit mereka tidak
dibuat-buat.
Walaupun pada kasus-kasus tertentu gejala dan kekhawatiran ini bersifat
terus-menerus, rata-rata penderita mengalami “serangan” secara periodik.
Hanya di saat khawatir, tak terkendali. Baru setelah hasil tes
kesehatan menyatakan tidak terdapat hal-hal yang mengkhawatirkan, mereka
akan mempercayainya dan untuk sementara merasa sehat sampai “serangan
khawatir” datang lagi.
Hipokondria adalah kecemasan yang berlebihan terhadap satu atau beberapa
penyakit. Penderita hipokondria akan selalu menanggapi keluhan-keluhan
fisik dengan sangat serius, dan menyimpulkan bahwa dia menderita
penyakit tertentu.
Contoh:
Orang normal jika batuk akan menganggap dia sedang batuk saja.
Penderita hipokondria jika batuk berpikir bahwa dia terkena TBC, atau bahkan kanker paru atau bahkan gejala HIV/AIDS.
Kecemasan
seorang penderita hipokondria tidak sebatas meyakininya saja, tetapi
diikuti dengan tindakan, misalnya bolak-balik ke Dokter, berulang kali
melakukan rontgen, sampai sering ke lab.
Terkadang setelah cek lab pun orang tersebut masih berpikir apakah jarum yang digunakan steril, higienis, dan lain-lain.
Hal
ini disebabkan penderita hipokondria selalu meragukan atau bahkan tidak
percaya dengan hasil pemeriksaan dokter/Lab yang ia terima. Padahal
hasilnya sudah akurat.
Selanjutnya dia akan mengunjungi dokter/Lab lain yang dianggapnya lebih pintar, dan sebagainya.
Dalam
dunia psikiatri, hipokondria termasuk ke dalam gangguan mental atau
psikis. Biasanya ditandai dengan perhatian berlebih terhadap kesehatan
tubuh sendiri. Pikiran penderita selalu terpusat pada imajinasi tentang
penyakit gawat yang menyerang tubuhnya, sehingga kehidupan pribadi dan
sosialnya terganggu.
Penyebab hipokondria umumnya adalah trauma, kecemasan, emosi negatif yang dipendam, beban emosional dan konflik psikologis.
Penanganan
Setiap orang pasti memiliki bagian organ tubuh yang lemah. Ada yang di
saat-saat genting tiba-tiba malah sulit berbicara atau tak mampu bangun
dari tempat tidur. Di bawah sadar, ini memang cara untuk menghindari
situasi yang mengancam.
Sigmund Freud berpendapat bahwa gejala semacam itu adalah penyakit fisik
yang bersumber pada konflik psikologis. Penanganannya tentu tidak
secara fisik, tapi dengan terapi psikologis.
Para dokter memang menemukan kesulitan mendiagnosis hipokondria karena
gejala yang rata-rata tidak jelas atau meragukan: keluhan sakit
punggung, sakit dada, pusing, lelah, sembelit. Para dokter pun acap kali
enggam mengambil risiko salah. Bila dokter mendiagnosis hipokondria
padahal ternyata pasien benar-benar sakit, bukankah ia bisa dituntut
(khususnya di AS)? Alhasil, pasien mendapatkan terapi seperti orang
sakit fisik. Sedangkan terapi psikologis yang mungkin lebih diperlukan,
malah diabaikan.
Cara menyembuhkan penderita hipokondria sebenarnya tergantung pada berat
tidaknya gangguan itu dan apakah berhubungan dengan perilaku obsesif
kompulsif atau depresi. Pertama-tama bisa dicoba dengan tehnik
modifikasi perilaku yang dipusatkan pada fobia yang dideritanya.
Menurut penelitian Universitas
Oxford, 80% penderita berhasil disembuhkan dengan terapi psikologi
kognitif (yang memberikan pengertian atau kesadaran) oleh ahli psikologi. Cara ini menurut
seorang ahli akan kecemasan dan jauh lebih baik daripada hanya
memberikan obat-obatan.
Mengobati kelainan hipokondria memang tergantung pada kemauan diri
sendiri. Hanya mengandalkan dokter atau ahli terapi tidak cukup. Lakukan proses perenungan. Kadang kala yang diperlukan hanya sedikit
menenangkan diri. Dorongan dari pasangan atau psikolog yang kita percayai
dapat membantu. Mungkin nasihat atau hiburan mereka dapat menunjang
kepulihan dan menyembuhkan kecemasan Anda.
Accurate Health Center Medan merupakan pusat pengobatan konsultasi psikologi dan hipnoterapi seorang seorang ahli psikolog dan hipnoterapis akan membantu pasien yang mengalami depresi akibat takut menderita penyakit berat atau disebut Hipokondria. Pasien akan diberikan berbagai terapi kejiwaan, seperti modifikasi perilaku, terapi kognitif, psikoterapi, hipnoterapi, terapi motivasi sampai kepada terapi penenangan, seperti terapi pernafasan, yoga psikologi, meditasi psikologi, dsb. Pengobatan secara akupunktur juga akan Accurate Health Center berikan guna untuk menurunkan titik depresi dan melancarkan darah/memperbaiki keluhan fisik yang dialami pasien.
Pengobatan "Accurate" Health Center merupakan pengobatan yang aman, alami dan tanpa efek samping. Rahasia Terjamin.
Hubungi "Accurate" Health Center untuk penangananya.
"Accurate" Health Center Medan
Jl. Tilak No. 76 (Simpang Demak)
Telp. (061) 7322480
Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.