Kadang-kadang orang tua merasa terkejut dan bingung sewaktu pertama kali
mengetahui anaknya mencuri.Orang tua lantas mungkin berpikir bahwa ini
merupakan hal yang wajar dalam perkembangan anak.Anggapan ini tentu saja
tidak benar.Jadi, sekecil apa pun pencurian yang dilakukan anak, orang
tua harus melarang dan menghentikannya.
Boleh dikata hal ini
kerap kali terjadi, terutama dalam keluarga yang memiliki anak berusia
empat sampai tujuh tahun. Pada usia ini anak cenderung untuk mengambil
apa yang bukan haknya. Sebenarnya, perbuatan mencuri yang dilakukan
anak-anak balita bukanlah tingkah laku yang menyimpang. Tetapi bila
orang tua tidak menanganinya dengan benar, tingkah laku yang tidak
berbahaya itu dapat mengarah menjadi perbuatan yang berakibat lebih
jauh.
Mencuri di kalangan anak-anak balita sering terjadi. Ini
disebabkan karena mereka belum mempunyai konsep kemilikan. Anak-anak
belum mempunyai batas yang tegas antara milik sendiri dan milik orang
lain. Bila mereka melihat sesuatu yang disukainya, mereka akan
mengam-bilnya. Bagi mereka seolah berlaku prinsip: “Aku lihat, aku suka,
aku mau, aku ambil. Anak kecil belum mengerti bahwa dengan mengambil
benda yang dinginkan tanpa izin si pemilik, ia melanggar hak milik teman
tersebut dan akan merugikan si teman itu.
Pada umumnya,
orangtua pasti akan merasa kaget, kecewa, dan malu bila mengetahui bahwa
anak mereka telah mencuri sesuatu milik orang lain. Namun, janganlah
orangtua bertindak tergesa-gesa, langsung marah-marah kepada anak,
apalagi menghukumnya dengan cara yang berlebihan. Sebab, tidak semua
anak mencuri karena niat yang sudah direncanakan.
Penyebab anak Mencuri :
1. Mencuri karena tidak mengerti.
Sebagian
dari mereka ada yang mengambil barang milik orang lain karena ia belum
mengerti tentang maksud dari kepemilikan suatu barang. Ia belum dapat
membedakan mana barang milik sendiri dan yang mana barang milik orang
lain. Biasanya tindakan ini terjadi pada anak usia 3-5 tahun. Anak di
usia ini sering menganggap bahwa semua barang yang ada dihadapannya
adalah miliknya sendiri.
2. Mencuri karena kebutuhan identitas diri.
Anak
mencuri karena ia memiliki kebutuhan yang khas akan identitas diri
dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya yang ia idolakan.
Kadangkala ada anak yang memiliki perasaan rendah diri, tetapi sangat
berharap untuk dapat diterima, namun tidak ada bakat yang menonjol atau
paras muka yang cakap yang dapat dijadikan alasan untuk diterima. Oleh
karena itu supaya dapat diterima sebagai teman, ia lalu mencuri uang dan
dengan uang curian, ia mengundang makan dan memegahkan diri di hadapan
teman-temannya.
3. Mencuri karena mencontoh yang salah.
Anak
mencuri karena melihat orangtua (ibu atau ayah), saudara atau teman
mengambil barang yang bukan miliknya. Dalam keluarga harus ada
pendidikan moral yang benar. Sekalipun pada hal-hal yang kecil, namun
bila disertai dengan ketamakan akan merangsang anak untuk mencuri, baik
itu mencuri bunga, buah, alat-alat atau barang-barang milik orang lain.
Tidak adanya pendidikan moral dalam keluarga akan mudah menjadikan
anak-anak mempunyai kebiasaan mancuri.
4. Mencuri karena tekanan dan adanya keinginan untuk memiliki.
Anak
mencuri karena ada tekanan akan kebutuhan dan keinginannya. Anak ini
mencuri karena terpaksa. Misalnya, anak ingin makanan tetapi tidak
diberi uang jajan oleh orangtuanya. Akhirnya ia terpaksa mencuri uang
temannya untuk membeli makanan.
Karena keinginan untuk memiliki
begitu menggoda, maka anak melakukan pencurian. Keinginan ini dapat
timbul karena anak sering kurang mampu menguasai diri. Ini biasa terjadi
bila anak terlalu dilindungi. Anak akan lebih sering lagi mencuri bila
orang tua tidak menyelidiki mengapa barang atau uang dalam rumah sering
hilang, atau ibu tahu anak telah mengambil barang di toko, lalu
dibayarkan secara diam-diam. Dengan demikian anak semakin terjerumus ke
dalam kebiasaan yang buruk. Penyebab lain bisa karena anak lahir dari
keluarga miskin. Kemiskinan telah merisaukan dirinya. Apa yang menjadi
kebutuhannya tidak dapat terpenuhi, selain dengan mencuri.
5. Ingin menonjolkan rasa kebersatuan.
Karena
ingin menonjolkan rasa kebersatuan yang tinggi, seorang anak melakukan
pencurian bersama-sama dalam satu kelompok. Dalam kelompok itu, mereka
merasakan adanya suasana kebersamaan dan juga timbulnya rasa kebanggaan
terhadap kepahlawanan seseorang sehingga mencuri dianggap sebagai
terobosan untuk menikmati kebahagiaan.
6. Mencuri karena gangguan kejiwaan (kleptomania).
Anak
mencuri karena adanya gangguan kejiwaan. Ia mencuri bukan karena
’kemauannya’. Barang yang dicuri penderita kleptomania sebenarnya mampu
ia beli. Namun, ketika mencuri, anak merasa terlepas dari impitan
perasaan yang membelenggunya. Setelah itu perasaan bersalah kemudian
menderanya.
MENGATASI MASALAH
Bagaimana membantu anak untuk
mengatasi masalah kebiasaan suka mencuri ini? Cara penyelesaiannya dapat menggunakan hipneterapi untuk mengubah kebiasaan dan alam bawah sadarnya.
Hipnoterapi
Hipnoterapi bertujuan untuk membantu pasien
mengubah kebiasaan buruk mencuri dan membentuk kembali kepercayaan diri dan mengangkat alam
bawah sadar yang negatif menuju ke alam kesadaran dan pemberian sugesti
baik untuk memperbaiki kondisi kebiasaan buruk mencuri.
Accurate Health Center Medan
merupakan salah satu solusi terapi untuk anda sebab merupakan sebuah
rangkaian terapi holistik yang menyediakan konsultasi psikologi, terapi
psikologi,
hipnoterapi, akupunktur yang dapat membantu anda dalam rangka
memberikan
sebuah sesi terapi penyembuhan bagi anda yang mempunyai gangguan kebiasaan mencuri.
Pengobatan "Accurate" Health Center merupakan pengobatan yang aman, alami dan tanpa efek samping. Rahasia Terjamin.
Hubungi "Accurate" Health Center untuk penangananya.
"Accurate" Health Center Medan
Jl. Tilak No. 76 (Simpang Demak)
Telp. (061) 7322480
Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.